Rabu, 16 Maret 2011

Tokoh Penting dunia psikologi

Plato (429-347 BC)
Lahir di Athena tgl. 29 Mei 429 BC. Ia adalah murid dari Sokrates
Plato menulis sebuah buku yang berhubungan dengan Psikologi yang berjudul ‘Phaedo’ yaitu tentang cinta
Ajaran Plato yang terkanal adalah ‘idea’
Plato menyebut jiwa sebagai ‘immaterial’ karena sebelum masuk ke dalam tubuh, jiwa sudah ada di alam para sensoris.
Jiwa menempati dua dunia yaitu : dunia sensoris (penginderaan) dan dunia idea (yang sifat aslinya adalah berpikir)
Menurut Plato, manusia terdiri atas jiwa dan badan (dualism) badan adalah penjara jiwa.

Aristoteles (384-322 BC)
Ia adalah murid Plato. Lahir di Stagirus/Stegira, Chelcidice
Karya Aristoteles dalam bidang Psikologi ialah
‘De Anima’ yaitu tentang sifat-sifat dasar jiwa.
Ia menyampaikan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkah laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Tingkah laku organisme memperlihatkan tingkatan seperti tumbuhan : memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernafas, makan, tumbuh), hewan : selain tingkah laku vegetatif, juga sensitif (merasakan melalui panca indera), manusia : bertingkah laku vegetatif, sensitif dan rasional. Manusia menggunakan rasio atau pikiran.
‘Parra Naturalia’ tentang catatan-catatan menganai sensasi, persepsi, memori, mimpi
Aristoteles adalah orang pertama yang secara ekslisit menyatakan bahwa manusia adalah binatang yang berakal budi.
Aristoteles menamakan manusia sebagai mahluk karena kodratnya (phusei) hidup dalam masyarakat (politikom zoon).

Rene Descartes (1596-1650)
Ia adalah filsuf Perancis yang meletakkan dasar aliran Rasionalisme
Descartes melihat pengetahuan yang sebenarnya hanya dapat dicapai melalui “piker” dan bukan berdasarkan pengalaman atau bertumpu pada kemampuan “panca indera”
Ia memperkenalkan semboyan cogito ergo sum (aku berpkir maka aku ada). Hal ini membuatnya dikenal sebagai bapak rasionalisme
Ia memandang Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia. Ia menyatakan bahwa manusia memiliki 2 macam zat yang secara hakiki berbeda, yaitu :
Recognitas : zat yang bebas tidak terikat oleh hukum-hukum alam serta bersifat rohani.
Res extensa : yaitu zat yang bersifat materi yang tidak bebas dan dikuasai oleh hukum alam.
Ia melihat tingkah laku manusia dalam 2 bagian :
Tingkah laku rasional : yang berhubungan dengan jiwa yang disebutnya sebagai unextended substance
Tingkah laku mekanis : yang berhubungan erat dengan badan yang disebutnya sebagai extended substance
Ia melihat “ide” dalam penjabaran 3 jenis ide :
Innate ideas : ide-ide bawaan yang datang dari struktur aktifitas atau potensi. Misalnya konsep Tuhan, jiwa, dsb.
Factitious ideas : ide-ide buatan, yang dibangun oleh pikiran untuk memahami sesuatu. Misalnya seorang ilmuwan yang hendak mencoba untuk membangun suatu teori.
Advebititious ideas : ide-ide yang tidak sengaja, yang datang sebagai rangsangan dari dunia eksternal, misalnya bunyi not music, panasnya api, sinar bulan, dsb.

John Locke (1632-1704)

Ia adalah filsuf Inggris yang lahir di Somerstetshire, Bristol.
Ia dikenal melalui konsep pikirnya tentang : Tabula rasa, tidak ada ide bawaan, sensasi dan refleksi, kualitas primer dan sekunder, materi yang nyata, dll.
Dalam konsep tabula rasa, ia menyatakan bahwa semua pengetahuan, tanggapan dan persaan jiwa manusia diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat inderanya.
Pada waktu manusia dilahirkan, jiwanya kosong bagaikan sehelai kertas putih yang tidak tertulisi. Kertas kosong tersebut akan tertuli oleh pengalaman-pengalaman sedari kecil melalui alat pancainderanya. Semua pergolakan jiwanya akan tersusun oleh pengalamannya.

Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1715)
Ia adalah seorang filsuf, sejarawan, matematikawan dan fisikawan. Ia dianggap sebagai seorang yang mempelopori studi Psikologi di Jerman.
Ia dikenal dengan psychophysical parallelism, yaitu bahwa hubungan antara badan dan jiwa bersifat pararel.
Menurutnya badan dan jiwa berjalan sendiri-sendiri, namun keduanya harus tunduk pada hukum-hukum (hal ini berbeda dengan pandangan Descartes yang menyatakan bahwa badan dan jiwa merupakan hubungan sebab-akibat atau interaksionisme.

George Berkeley (1685-1753)

Ia dikenal sebagai bapak idealisme modern. Ia juga dijuluki sebagai immaterialis dan idealis.
Pada tahun 1734 Berkeley menjadi uskup Cloyme.
Ia memberikan dalil-dalilnya sebagai berikut :
Dalil pertama : semua pengetahuan manusia berdasarkan dan berasal dari indera, jadi indera adaah prinsip pokok pengetahuan.
Dalil kedua : mempercayai adanya sesuatu di luar jiwa, konsepsi kita bertumpu pada fakta bahwa kita melihat dan merabanya.
Dalil ketiga : jika kognisi dan pengetahuan manusia mempunyai kemampuan mengungkapkan secara esensial dari apa yang ada di balik kognisi dan pengetahuan tersebut, maka setiap pengetahuan dan kognisi itu benar.
Dalil keempat : jika pengetahuan dan kognisi salah maka pengungkapannya juga pasti salah.

David Hume (1711-1776)
Ia filsuf kelahiran Edinburgh
Ia berkata “be a philosopher, but amindst all yous philosophies, be still a man” jafilah seorang filsuf namun dalam berfilsafat, anda harus tetap jadi seorang manusia.
Salah satu unsur psikologi Hume adalah unsur pengalaman seseorang yang berkaitan dengan :
Rasa/impression
ingatan/ideas.
Baginya pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Pa prinsip-prinsip yang akan memandu kita dalam mengasosiasikan ide-ide, yaitu :
Persamaan/resemblance
Penghampiran/contiguity
Sebab akibat

John Stuart Mill (1806-1873)

Ia lhir di London dan menjadi seorang filsuf, ekonom dan moralis.
Ia dipengaruhi oleh Benthamisme, yaitu suatu ajaran yang dipelopori oleh Jeremy Bentham.
Paham Benthamisme adalah suatu ajaran yang mengajarkan bahwa setiap manusia menurut kodratnya berusaha untuk mengejar kesenangan/pleasure dan menghukum rasa sakit/pain

Sigmund Freud (1856-1939)

Lahir tgl. 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia.
Dasar pemikirannya yang terkenla adalah “sebagian besar perilaku manusia berasal dari proses yang tidak disadarinya”(unconscious)
Menurutnya yang dimaksud proses tidak sadar adalah :
Pemikiran
Rasa takut
Keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang, yang memiliki pengaruh pada perilakunya, terutama pengaruh negative berupa hasrat yang menganggu keseimbangan kepribadiannya.
Secara psikologis, gangguan atau kekacauan jiwa pada akhirnya melahirkan tindakan Devian/menyimpang
Teori Psikologinya yang terkenal ialah :
Id
Ego
Superego

Carl Gustav Jung (1875-1962)
Ia adalah Psikolog yang berasal dari Swiss, merupakan seorang pengagum Sigmund Freud, namun tidak sepenuhnya memegenag teori Freud.
Ia sempat bekerja di Burghoeltzli Mental Hospital di bawah bimbingan Eugenen Bleuler, yaitu seorang pakar dan penemu istilah Skizofrenia
Ia membagi jiwa dalam 3 bagian :
Ego : didefinisikan sebagai alam sadar.
Alam bawah sadar personal : mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari.
Alam bawah sadar kolektif : warisan psikis yaitu tumpukan pengalaman, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir.
Salah satu contoh pengalaman alam bawah sadar kolektif adalah de ja vu (perasaan bahwa anda pernah ada di tempat anda sekarang sebelumnya, namun tidak ingat kapan).

Alfred Adler (1870-1937)
Ia adalah keturunan Yahudi yang diangkat oleh Sigmund Freud sebagai presiden Viennese Analytic Society.
Teorinya dikenal sebagai berikut :
“Nafsu atau daya motivasi”, yang kemudian dikenal sebagai “dorongan menuju kesempurnaan” inilah hasrat setiap individu, yaitu untuk memenuhi segala keinginan dan potensi yang dalam diri sehingga mendorong kita untuk semakin dekat dengan apa yang diidealkan.
Sebelum menggunakan istilah “dorongan kesempurnaan” Adler telah lebih dahulu memperkenalkan istilah “keinginan merusak” yaitu suatu reaksi yang terjadi dalam diri kita ketika keinginan-keinginan lain tidak terpenuhi.
Karena kata “merusak” condong kea rah yang negatif, maka munculah istilah “dorongan untuk menegaskan diri”

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ia dikenal dengan “gerak reflex” yaitu pengkondisian Pavlovian/klasikal, membentuk berbagai gerak reflex
Unconditioned stimulus : yaitu stimulus yang belum menjadi kebiasaan.
Unconditioned response : respon yang belum menjadi kebiasaan.
Ia membuktikan teorinya tersebut dengan kegiatan eksperimen pada anjing.

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Lahir tgl. 20 Maret 1904 di Pennsylvania, Amerika serikat.
Ia dikenang sebagai seorang psikolog terkenal setelah Sigmund Freud.
Hal penting dalam pemikirannya dalam dunia Psikologi ialah Operant Conditioning/cara kerja yang menentukan. Merupakan system yang ditawarkannya.
Menurutnya, tiap mahluk hidup pasti selalu berada dalam proses “melakukan sesuatu” terhadap lingkungannya.

Pengantar Psikologi

Arti kata psikologi
Kata “Psikologi” berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani “psyche” dan “logos”
Kata “psyche” berarti ‘roh,’ ‘jiwa’ atau ‘daya hidup’
Kata “logos” berarti ‘ilmu’
Jadi Psikologi dipahami sebagai ilmu jiwa

Hubungan psikologi dengan ilmu lainnya
Dengan Sosiologi : karena interaksi sosialnya
Dengan Teologi : karena keyakinan akan kekuatan yang ada dalam diri seseorang
Dengan Kedokteran : karena beberapa bidang berkaitan dengan kejiwaan / psikoterapi
Dengan Filsafat : karena beberapa pendapatnya bersifat filosofis

Apakah Psikologi termasuk ke dalam ilmu pengetahuan?
syarat empiris suatu ilmu pengetahuan adalah :
Dapat diamati
Dapat dicatat
Dapat diukur
Psikologi harus memenuhi suatu kriteria sebagaimana layaknya sebuah ilmu pengetahuan
Hal yang abstrak dan tidak memenuhi persyaratan suatu ilmu pengetahuan tidak dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan
Jika berpegang pada pengertian awal tentang psikologi, maka dapatkah jiwa dipelajari secara empiris?
Itulah sebabnya untuk dapat memenuhi kriteria empiris sebagai sebuah ilmu pengetahuan, maka psikologi lebih menekankan pada upaya untuk mempelajari “perilaku”
Perilaku dapat dipelajari, karenanya memenuhi syarat empiris.
Karena untuk memenuhi persyaratan kajian empiris, sebagaimana seharusnya sebuah ilmu pengetahuan, maka psikologi lebih banyak menekankan pada upaya untuk mempelajari “perilaku” seseorang.
J. B. Watson (1878-1958) melihat Psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari perilaku”

Perkembangan Ilmu Psikologi


Zaman Yunani kuno
Para filsuf Yunani telah mengenal “filsafat mental”
Sokrates (469-399 BC)
Plato (429-347 BC)
Aristoteles (384-322 BC)
Abad pertengahan
Rene Descartes (1596-1650) memandang bahwa manusia mempunyai 2 unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : jiwa dan raga
Kedua unsur ini saling memberi pengaruh, terutama pada ‘kelenjar pinealis’ yangterdapat di dalam otak manusia.
Abad 19
Psikologi eksperimental : Banyak eksperimen yang dilakukan manusia pada suatu kondisi tertentu (eksperimen dalam bidang fisika, kimia, fisiologis)
Gustav Theodore Fechner (1801-1887) dan Ernest Heinrich Weber (1795-1887) : eksperimen sensasi (pengalaman indrawi) yang menghasilkan hukum penginderaan rangsangan yang dikenal sebagai hukum Weber-Fechner
Wilhem Wundt (1832-1920) : Proses kesadaran. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari pengalaman sadar seseorang (The science of conscious experience)
Wundt mencoba memahai perilaku manusia dengan mengembangkan pendekatan eksperimental terhadap ‘introspeksi’ atau ‘observasi diri’ dimana seseorang mengalami suatu peristiwa dan kemudian mencoba untuk menggambarkan ulang peristiwa yang baru saja dialaminya.

Kamis, 10 Maret 2011

DISIPLIN ANAK

DISIPLIN ANAK
PENGERTIAN
Menurut DR. Yakub Susabda (Pembinaan Keluarga Kristen)
* Merupakan tindakan dan prilaku dengan cara yang hati-hati dan penuh kasih
* Kata “disiplin” tidak berarti hukuman
* Artinya pengajaran atau instruksi
* Orang dewasa yg bereaksi atas prilaku yg salah dengan menunjukkan kemarahan dan keputusasaan mungkin anak berhasil berhenti melakukan tindakan yang tidak diinginkan, tapi hanya untuk sementara waktu
* Sebaliknya orang dewasa yg menanggapinya dg penuh kesabaran & berpendirian teguh menuntun anak u/ mengoreksi prilaku yg salah
* Merupakan tindakan dan prilaku dengan cara yang hati-hati dan penuh kasih
* Metode yang keras dan tidak konsisten, bahkan dengan maksud yang baik sekalipun, hanya menimbulkan keputusasaan
* Disiplin yang berat adalah tegas dan tetapi penuh kesabaran
* Allah sering diperkenalkan ke dalam disiplin anak kecil sebagai suatu ancaman. Contoh: Allah tidak senang dengan kenakalanmu.
* Disiplin ini mengurangi penghargaan anak terhadap orang tua dan Allah
* Hanya orang tua yang benar-benar mengasihi anak-anaknya yg akan mendisiplin
Saran:
1. Orang tua harus menawarkan petunjuk yang masuk akal dan logis, maka:
a. Anak akan mengembangkan kemampuan untuk membuatpilihan-pilihan yang bijaksana
b. Pandangan anak akan orang dewasa sebagai penolong semakin dimantapkan

A. Kegagalan membedakan antara “discipline”/disiplin dengan “punishment” / hukuman
1. Anak adalah manusia yg berdosa, yg dilahirkan dari dosa (Maz 51:5; Ams 22:15; Rm 3:23
Perbedaan dasar antara disiplin dengan hukuman Menurut Bruce Narramore dlm buku “Help I’m a Parent (Zondervan, 1972):
Hal Disiplin Hukuman
1. Tujuan -Memenuhi panggilan Allah -Memuaskan rangsangan instink
-Mendidik anak u/hidup -Memaksa anak menuruti apa yg dikehendaki
dalam kebenaran orang tua
2. Fokus -Masa depan anak -masa lampau anak
-Supaya anak mengena -penilaian atas apa yg telah dilakukan anak
3. Sikap -Lebih & penuh penger tian thd kelemahan anak -Marah, frustasi & membenahi dg paksa hal-hal yg tidak disetujui
-Orang tua rela jadi model

Hal Disiplin Hukuman
- orang tua
Hasil -Rasa aman, rasa dimengerti - Ketakutan, kemarahan perasaan bersalah
,-Pertumbuhan dlm kebenaran - Membenci orang tua atau diri sendiri

-Hal ini mudah dipahami orang tua Kristen tetapi untuk menanggalkan pendidikan dengan punishment/hukuman tidak mudah dilaksanakan
-Setiap anak yg normal terus tumbuh dan mengalami perubahan
-Anak yg pikirannya semakin berkembang dg sendirinya makin kritis dlm penilaian pada sikap dan tingkah laku orang tua
-Bila hal ini tidak mendapat tempat dalam keluarga maka terjadilah konflik orang tua dengan anak
-Akibatnya anak dianggap kurang ajar karena mengungkap perasaan dan pikiranya yg berbeda dg orang tuanya
- Power strugglepower struggle/pergumulan menentukan sikap siapa yg kuat ini sebagai bagian dari natur/alami yg sehat
- Sejak lahir anak sudah dipengaruhi oleh Power struggle/pergumulan yang macam-macam
- Contoh: bayi yg menangis, orang tua tidak tega hingga menangis, ibunya tidak tega sehingga cepat digendong
- Akibatnya anak menangis sebagai senjata
- Siapa yg menang dalam power struggle? Ibu atau anak? disinilah letak kunci pengembangan diri “disiplin”
- Orang tua yg bijaksana akan mengembangkan disiplin sejak anak-anak masih kecil
-Mereka akan belajar mengontrol emosinya, dan menentukan sikap berdasar kebenaran Firman Tuhan
- Anak yang merasakan kasih sayang sejati orang tua tidak akan memberontak saat mendapat pukulan rotan karena kesalahannya
- Anak akan semakin percaya pada orang tuanya & merasa lebih aman serta dekat dg mereka.

A. Kurangnya pengenalan akan “parenting style/gaya pendidikan orang tua yg ada pada dirinya sendiri
1. Banyak orang tua yg tidak menyadari kalau mereka sudah belajar gaya mendidik anak dari orang tua masing-masing
2. Akibatnya orang tua tidak dapat melaksanakan kebenaran yg mereka yakini
3. Gaya mendidik dengan hukuman yg pada dasarnya tidak disetujui, justru terus menerus dilakukan karena cocok dg gaya dan pola kepribadian yg sudah terbentuk dalam diri sendiri
4. Akibatnya orang tua menimbun “perasaan bersalah” yang makin lama maka besar, tanpa dapat menyelesaikannya sehingga dari keluarga-keluarga Kristenpun muncul anak-anak jahat

High control (kadar otoritas tinggi)
I otoritarian I bijaksana
Low relationship -------- High relationship
(kadar hubungan (kadar hubungan
pribadi rendah) pribadi tinggi)
Permisif I Memanjakan
Low control
(kadar otoritas rendah)

Gap/jurang pemisah antara orang tua dengan anak terjadi karena gaya pendidikan anak yang:
1. Otoritarian
gaya mendidik anak di mana hubungan antara orang tua dengan anak diwarnai “kadar
otoritas tinggi” tetap dengan kadar hubungan pribadi yg rendah.
a. Orang tua bertindak seperti polisi atau hakim terhadap anak-anak mereka
b. Kadang orang tua berkata:”di rumah ini ada aturannya, jika kamu tidak mau menurut aturannya ya silahkan pergi dari rumah ini
c. Hukuman dijatuhkan karena mereka tidak mematuhi peraturan yg berlaku di rumah
2. Permisif:
a. Gaya mendidik di mana hubungan orang tua dan anak diwarnai dengan kadar otoritas yang rendah di tengah hubungan yang rendah pula
b. Dilakukan orang tua yang sibuk yang menutupi perasaan bersalah dengan sikap yang lembek pada anak-anak
c. Mereka tidak mempunyai alasan untuk marah/mendisiplin anak yang berbuat salah karena orang tua itu sendiri kurang bertanggung jawab
d. Hadiah ekstra diberikan anak-anak untuk menyingkirkan mereka dari tanggung jawabnya
3. Memanjakan:
a. Gaya mendidik anak yang sama sekali tidak sehat
b. Kadar hubungan pribadi yang tinggi diserta kadar otoritas yang rendah, sehingga menghasilkan gap yg sulit terjembatani antara orang tua dengan anak
c. Anak tidak dapat bertumbuh sebagai pribadi karena anak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat posip dan baik yang ada pada dirinya
Menurut Wayne Mack dalam buku Bagaimana Mengembangkan Kesatuan Yang Kukuh dalam Hubungan Perkawinan tentang strategi Allah untuk mendidik anak-anak terkandung dalam kata-kata “didiklah mereka dalam ajaran dan nasehat Tuhan”
- Apabila peraturan dilanggar, lakukan penghajaran yang diperlukan:
1. Jika anak-anak masih muda, cara menghajar yang paling utama (walau bukan satu-satunya cara) adalah
a. Tongkat dalam arti harfiah (Ams 13:24; 22:15; 23:13-14; 29:15)
b. Tongkat adalah alat disipli yang tidak kejam, karena digunakan dengan cepat, pelukan dan ciuman dapat segera menyusul sehingga dengan segera hubungan dapat kembali normal
2. Ada bentuk disiplin yang sah:
a. Sesuai dengan sesuatu pelanggaran yang menjadi prosedur yang paling bijaksana.
b. Allah tidak selalu memukul kita dengan cara yang sama.
c. Ia menyesuaikan penghajaran sesuai keperluan kita
3. Penghajaran harus dilakukan bersama-sama dengan ajaran (Ams 29:15)
4. Penghajaran harus diberikan sebagai keputusan bersama.
a. Anak tahu bahwa ayah dan ibunya sependapat
b. Jika anak mendapat kesan yang satu ”lembut” dan lainnya “keras” akibatnya menjadi bencana
5. Disiplin harus diberikan secara konsisten
a. Orang tua tidak boleh menghukum anak karena sesuatu kesalahan pada satu waktu, kemudian melakukan kesalahan yang sama pada waktu yang lain
b. Disiplin tidak akan mendapatkan perbaikan dan pertumbuhan bila tidak konsisten
c. Bila kesalahan sama yang selalu dibuat, orang tua harus menyadari bahwa ukuran disiplin itu salah/kurang tepat
6. Menghajar itu harus dilakukan secukupnya:
a. Agar sianak jera dan tidak mengulangi lagi ketidakpatuhannya
b. Disiplin harus cukup keras untuk diingat, tetapi jangan terlalu keras sehingga anak-anak dirusak (Ams 23:13-14)
7. Disiplin harus dilakukan dengan penuh kasih (Ams 13:24; I Kor 16:14; Why 3:19)
a. Kasih dan “amarah” tidak perlu berlawanan (Ef 4:26;32)
b. Amarah yang tidak dapat dikuasai adalah dosa (Ef 4:31-32)
c. Kasih sangat berlawanan dosa (Ef 4:31-32; I Kor 13:4)
d. Amarah yang dapat dikuasai tidak menimbulkan dosa
e. Kasih sejati dapat tinggal di dalam hati yang sama,waktu yang sama, dan diamarahkan pada orang yang sama
f. Kita memarahi anak-anak jika mereka membangkang
g. Pada waktu bersamaan, orang tua:
*. Tidak boleh mengungkapkan amarah kita dalam cara-cara yang bersifat dosa (berteriak, menjerit, maki-maki, menyakitkan, dsb)
*. Disiplin dengan kasih untuk kebaikan anak kita
KESIMPULAN:
1. Seorang anak yang dibiarkan akan mempermalukan ibunya
2. Anak yang dibiarkan tanpa disiplin tidak akan dengan sendirinya bertumbuh seperti Yesus Kristus
3. Agar serupa dengan Yesus maka anak-anak perlu disiplin Tuhan

Senin, 07 Maret 2011

Alkitab lebih ilmiah daripada perkiraan ahli ilmu pengetahuan

Alkitab lebih ilmiah daripada perkiraan ahli ilmu pengetahuan
Zaman dahulu ketika teknologi modern belum ada, banyak orang bingung dengan bentuk bumi. Mereka menerka-nerka bagaimana bentuk bumi sebenarnya. Orang-orang India purba memiliki pandangan bahwa bumi itu datar dan terletak di atas pungung seekor gajah raksasa. Jadi kalau gajah itu bergerak, maka terjadilah gempa. Orang-orang Yunani berpikir bahwa bumi ini datar dan pada kedua ujung bumi ada tiang-tiang raksasa yang disebut tiang Hercules. Jadi ketika ada orang yang berlayar sampai ujung bumi, pasti akan terjerumus ke lubang yang sangat dalam.
Christopher Columbus mempunyai keyakinan bahwa bumi itu bulat dan bukan datar. Tahun 1942, ia berlayar dari daratan Eropa menuju arah barat untuk mencapai Asia. Setelah berlayar beberapa lama di lautan dan tidak menjumpai daratan, anak buah Columbus ketakutan karena mereka pikir akan terjerumus di ujung bumi. Tetapi Columbus minta waktu 3 hari lagi supaya mereka sabar. Akhirnya mereka sampai di suatu tempat, tetapi bukan di Asia. Tempat itu ialah benua Amerika. Jadi pada akhir abad 15 manusia mulai mengerti bahwa bumi itu bulat.
Sebenarnya di dalam Alkitab sudah dijelaskan mengenai bentuk bumi. Yesaya yang menulis kitabnya kurang lebih 2.700 tahun yang lalu menyatakan. “Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!” (Yes. 40:22). Dan dijelaskan pula bahwa bumi tidak mempunyai penyangga apa pun. “Allah membentangkan utara di atas kekosongan dan menggantungkan bumi pada kehampaan.” (Ayb. 26:7).

Perang = Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu

Perang = Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
            Coba kita pikirkan, apakah di zaman modern ini berperang adalah cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah? Berapa besar kerugian yang harus ditanggung dari kedua pihak? Berapa banyak orang-orang yang menjadi korban? Di bawah ini ada sedikit data mengenai hasil dari peperangan.
Menurut Norwegian Academy of Sciences menyatakan bahwa sejak 3000 tahun sM sampai sekarang telah terjadi lebih dari 14.600 peperangan dengan korban lebih dari 3.640.000.000 jiwa. Biaya untuk peperangan sebanyak itu dapat membuat sabuk emas sebanyak 144 Km dengan tebal 15 Cm mengelilingi seluruh permukaan bumi. Woow!

Korban perang
Perang
Militer
Rakyat
Perang Dunia I
95%
5%
Perang Dunia II
52%
48%
Perang Korea
16%
84%
Perang Indocina
10%
90%

Rata-rata biaya bunuh satu musuh
Perang
Dollar
Perang Zaman Caesar
0.75
Perang Zaman Napoleon
3.000
Perang Dunia I
2.100
Perang Dunia II
50.000
Perang Korea
Lebih dari 200.000
Perang Vietnam
Lebih dari 500.000

Jumlah korban sehari
Perang
Korban sehari
Perang Napoleon (1790-1815)
   233 orang
Perang Krim (1854-1856)
1.075 orang
Perang Balkan (1912-1913)
1.941 orang
Perang Dunia I (1914-1918)
5.449 orang
Perang Dunia II (1941-1945)
7.738 orang

PBB yang berfungsi sebagai lembaga perdamaian antar bangsa pun kadang tidak mampu meredam peperangan yang terjadi. Sejak kain membunuh saudaranya sendiri yaitu Habel karena iri hati, sampai sekarang peperangan di antara manusia masih terus berlangsung. “Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan.” (Mat.24:6-7)
Kita mungkin tidak dapat menghentikan perang, tetapi kita dapat menciptakan kedamaian dalam diri kita sendiri. Jangan biarkan masalah kecil menjadi pertengkaran besar dalam hidup kita. Fokus hidup kita bukan pada masalah karena ada hal-hal yang jauh lebih penting daripada menciptakan permusuhan. Jadilah kasih untuk orang lain.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:39-44)

Gempa Bumi

Bumi bergoyang
Semakin banyak bencana yang terjadi di bumi ini, terutama gempa bumi. Jepang adalah salah satu negeri penghasil gempa terbanyak di dunia. Harian Jawa Pos edisi 6 Maret 1997 yang berjudul Dalam Tiga Hari Jepang Digoncang 3.907 Gempa. Getaran yang kuat terasa di Tokyo sebesar 5,7 skala richter pada hari Rabu tanggal 5 Maret 1997.
Daerah yang paling rawan gempa di negeri itu ialah semenanjung Izu sepanjang 100 kilometer selatan Tokyo. Banyak warga merasa takut jika mengingat hancurnya kota Kobe pada tahun 1995 karena gempa. Mereka takut kejadian tersebut terulang lagi, karena banyak barang-barang yang tidak berhenti bergoyang dan terlempar.
Di negeri kita juga akhir-akhir ini banyak mengalami bencana, bukan hanya gempa, tapi juga banjir, meletusnya gunung merapi dan yang terparah ialah Tsunami yang menyebabkan ratusan ribu orang meninggal. Kejadian-kejadian tersebut harusnya menjadi bahan koreksi untuk kita. apakah kejadian tersebut semakin mendekatkan hubungan kita dengan Tuhan? Apakah kita sudah menjaga lingkungan kita dengan baik? cobalah setia dalam perkara kecil, misalnya tidak membuang sampah sembarangan dll. Banyak anak hanya melihat peraturan tetapi tidak melihat teladan orangtua. Alangkah baiknya jika peraturan tersebut disertai teladan. Ayo kita jaga bumi ini yang sudah semakin tua….!

Menyewakan Kandungan

Menyewakan Kandungan
Di zaman ini banyak bisnis yang cukup aneh. Salah satunya ialah menyewakan kandungan. Ternyata sewa-menyewa itu bukan hanya dalam menyewakan barang, tetapi kandungan. Jadi begini, kalo ada suami istri yang sudah lama menikah dan belum mempunyai keturunan karena si istri mengalami kemandulan, maka dokter mengambil sperma si suami, kemudian dicari seorang wanita yang bersedia dititipi sperma pria tersebut.
            Ternyata jumlah wanita yang mau menyewakan kandungannya cukup banyak. Menurut Noel Keane, seorang pengacara asal Michigan mengatakan bahwa ada DUA RIBU wanita yang mau mendaftarkan diri untuk menyewakan kandungannya. “Hemmphh apa sich yg buat mreka mau sewa kandungannya?” ternyata para wanita tersebut mau menyewakan kandungan mereka karena honor yang diterima cukup besar yaitu sekitar 7.000 – 10.000 Dollar. “WOW” jumlah yang cukup besar sehingga banyak wanita yang bersedia menyewakan kandungan mereka selama 9 bulan sampai anak itu lahir dan kemudian diambil oleh pasangan yang tidak mempunyai anak tersebut.
            Coba kita pikirkan baik-baik kasus di atas. Kasus di atas sama dengan berbuat zinah dengan orang lain. Anak tersebut sama dengan anak dari wanita lain. Banyak orang sudah tidak mengindahkan norma-norma moral, agama terutama norma Alkitab, padahal Allah berfirman dalam Kel. 20:14 “jangan berzinah.” tar gimana kalo anak tersebut punya masalah dalam kesehatan dan masalah lain. Tar anaknya malah mirip orang lain. Hehehe. Ya mungkin ada cara yang lebhi baik daripada hal tersebut, misalnya dengan mengasuh anak saudara yang sudah tidak mempunyai orangtua ato temen2 punya masukan/komentar?

Firman Tuhan sebagai Dasar Pertumbuhan Iman Remaja

Firman Tuhan sebagai Dasar Pertumbuhan Iman Remaja
Iman percaya adaalah tindakan yang terdiri dari empat unsur, yang pertama ialah mengakui bahwa apa yang difirmankan oleh Allah adalah benar dan sungguh dapat diandalkan. Yang kedua ialah menyerahkan diri kepada firman Tuhan dan Kristus sebagai dasar pengharapan yang kukuh. Yang ketiga ialah menerima janji Allah yang terdapat di dalam Alkitab. Yang keempat ialah menghayati kebenaran firman Tuhan dalam pengalaman. Oleh sebab itu iman adalah respon dan tindakan (Yak. 2:14-20).[1]
Iman adalah pengakuan, percaya, bersandar, menghormati, menaati, menyerahkan, mengasihi Allah dengan kesungguhan hati yaitu dengan segenap jiwa, akal budi, dan ketekunan. Iman memang bukan sesuatu yang diwarisi setiap remaja dari orang tuanya, sebagaimana ia mewarisi segi-segi kepribadian mereka, namun seorang remaja dapat dibimbing kepada iman melalui asuhan, teladan dan doa-doa orangtuanya. intisari iman Kristen ialah pemberitaan kabar sukacita yang menyatakan bahwa dalam Yesus Kristus, Allah telah memasuki eksistensi manusiawi, mencari dan menyelamatkan manusia. Inilah yang disebut dengan kerygma.[2]
Alkitab menjelaskan bahwa pengaruh pertama yang dialami Timotius adalah pengaruh asuhan orangtuanya dan terutama ibu dan neneknya yang mengajarnya Alkitab sejak ia kecil. Memang ada unsur intelektual dalam iman, namun intelektual bukanlah hal utama atau yang paling penting dalam iman. Iman berarti percaya kepada Kristus dengan sepenuh hati sebagai oknum yang telah mati untuk memberi kita keselamatan. Iman yang dimaksud ialah penyerahan diri yaitu penyerahan seluruh hidup kepada Sang Juruselamat.
Iman Kristen harus menjadi ciri setiap remaja, sehingga setiap remaja dapat berdiri teguh dalam iman (1 Kor. 16:13), tinggal di dalam iman (Kol. 1:23) dan “hidup” di dalam iman (2 Kor. 5:7). Oleh imanlah setiap remaja boleh masuk kepada Allah (Roma 5:2; Efesus 3:12). Iman tidaklah statis dan iman itu tumbuh (2 Kor. 10:15; 2 tes. 1:3). Sangat keliru jika seseorang menganggap iman sebagai hasil usaha manusia yang sebanding dengan tindakan Allah untuk keselamatan. Iman itu sendiri berasal dari Allah, sebab kepada setiap orang percaya Allah mengaruniakan suatu ukuran iman (Roma 12:3).[3]
Jika seorang remaja benar-benar percaya kepada Kristus, maka ia akan menerima firman-Nya sebagai kebenaran dan menerima kebenaran tentang Kristus dan hubungan-Nya dengan Bapa. Dan ia juga percaya kepada Bapa dan kepada penyataan yang dibuat dalam Kitab Suci. Semua itu begitu mendasar sehingga sungguh-sungguh bisa dikatakan bahwa ia percaya.


[1] Wongso, Dasar Iman Kepercayaan Kristen, 47.
[2] Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, Pen. P. Siahaan dan Stephen Suleeman, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009), xi.
[3] Morris, Teologi Perjanjian Baru, 112.

Pemahaman Mengenai Iman ditinjau Dari Sudut Pandang Alkitab

Pemahaman Mengenai Iman ditinjau Dari Sudut Pandang Alkitab
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Iman adalah kepercayaan yang berkenaan dengan agama, keyakinan dan kepercayaan kepada Allah dan kitab, ketetapan hati, keteguhan batin dan sebagainya.[1] dalam Alkitab dijelaskan : “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Dalam bahasa Inggris, istilah yang dipakai ialah faith yang berarti iman atau percaya.[2]
Kata “percaya” dalam bahasa Ibraninya ialah aman yang artinya sungguh dan benar, dapat diandalkan, dapat dipercaya dan dijamin. Kata lain dalam bahasa Ibrani ialah batah dan mahseh yang menjelaskan hubungan manusia dengan Allah dalam iman percaya. Kata batah sering dipakai untuk menjelaskan pengalaman seseorang terhadap Allah yang sungguh dapat dipercaya dan dapat diandalkan, sehingga segenap hati bersandar pada Tuhan. Oleh sebab itu, iman memiliki sasaran yang jelas dan kukuh dan memiliki jaminan. Kata mahsah berarti mencari tempat perlindungan yang aman. Seperti seseorang yang dalam keadaan bahasa yang tanpa pertolongan, tiba-tiba mendapat perlindungan yang aman untuk dirinya. Maka, iman ada objeknya, ada isinya, adapengalaman yang nyata, sehingga menimbulkan suatu tindakan yang sungguh-sungguh bersandar. Dalam bahasa Yunani sering dipakai untuk kata “percaya” ialah kata pistis juga sama artinya dengan kata “percaya.”[3]
Leon Morris dalam bukunya Teologi Perjanjian Baru mengutip pernyataan Werner George yang mendefinisikan iman adalah memalingkan muka dari diri sendiri, tidak menghiraukan keadaan menyedihkan maupun kehebatan diri sendiri, melainkan mempercayakan diri kepada Allah yang telah membereskan perkaranya melalui Yesus Kristus.[4] Paulus menjelaskan bahwa kata ”iman” sebagai satu istilah yang penting dalam kosakata Kristen. Dalam surat-suratnya, ia banyak menggunakan kata tersebut yaitu seratus empat puluh dua kali. Ia juga memakai kata kerja “percaya” lima puluh empat kali dan kata sifat “setia” tiga puluh tiga kali. Paulus memakai kata ini sedemikian rupa supaya para pembacanya tidak akan ragu-ragu bahwa iman merupakan hal yang penting bagi orang Kristen.[5]
Yohanes memakai kata kerja “percaya” pistuein Sembilan puluh delapan kali, merupakan jumlah yang sangat banyak untuk ukuran sebuah kitab yang hanya terdiri dari dua puluh satu pasal. Ia tidak pernah memakai kata bendanya “kepercayaan atau iman,” karena kata kerjanya lebih dinamis daripada kata bendanya. [6] Lukas memakai kata “iman” faith sebanyak dua puluh enam kali dalam Injilnya dan dalam Kisah Para Rasul, sedangkan kata kerja “percaya” to believe sebanyak empat puluh enam kali. Lukas berbicara tentang berbalik kepada Tuhan (Kis. 3:19; 9:35; 11:21) dan setiap orang harus menjadi hamba Allah (Kis.16:17), mencari Dia (Kis.  17:27) dan takut akan Dia (Kis. 10:2, 22). Lukas sering berbicara tentang memuji Allah (Luk. 1:64; 2:20; 5:25) dan memuliakan Allah itu benar-benar perkara yang serius (Kis. 12:23).[7]
Oleh karena iman, seseorang menerima dan memiliki anugerah keselamatan. Kebenaran Allah dapat sampai kepada setiap orang yang percaya karena iman (Roma 3:22; Filipi 3:9). Setiap orang yang percaya pada Kristus dibenarkan karena iman (Roma 3:28, 30; 5:1; Galatia 3:24). Paulus mengutip ayat penting dari kitab Habakuk 2:4 sebanyak dua kali yaitu “orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17; Galatia 3:11). Jalan pendamaian pun terjadi karena iman (Roma 3:25), seperti pengangkatan orang percaya menjadi anak Allah (Galatia 3:26).
Orang-orang Yahudi berbicara bahwa Abraham adalah bapa mereka, namun Abraham sebagai bapa kaum beriman, entah mereka itu bersunat atau tidak (Roma 4:11-12). Janji kepada Abraham itu berkaitan dengan kebenaran berdasarkan iman (Rom 4:13). Yang penting adalah kasih karunia, bukan Hukum Taurat, dan ini berarti iman (Roma 4:14-16) yang olehnya setiap orang percaya menerima dan memiliki kasih karunia. Jalan Allah adalah kasih karunia dan pemberian kasih karunia itu diterima karena iman. Bagi orang Yahudi, Abraham adalah contoh utama tentang seorang yang taat kepada Hukum Taurat. Setiap orang yang hidup dari iman adalah anak-anak Abraham dan mereka yang diberkati bersama-sama dengan Abraham (Galatia 3:7, 9).
Selama Yesus hidup di dunia, iman sering dihubungkan dengan mujizat-mujizat dan sering dijumpai perkataan Kristus “imanmu telah menyelamatkan engkau” (Luk. 7:50; 8:48; 17:19; 18:42). Dalam Kisah Para Rasul, iman sering dikaitkan dengan penyembuhan (Kis. 14:19). Iman “dalam nama Yesus” berarti iman kepada seluruh keberadaan Yesus (Kis. 3:16). Mujizat terjadi sebagai jawaban atas iman orang tersebut dan bahwa imannya timbul “melalui Yesus”. Nama itu tidak berpengaruh kecuali kalau ada iman kepada-Nya. Tetapi gambaran mengenai Stefanus sebagai orang yang “penuh iman dan Roh Kudus” (Kis. 6:5) tidak ada hubungannya dengan penyembuhan. Hal tersebut berarti bahwa Stefanus mempunyai tingkat iman yang istimewa.


[1] Depdiknas, “iman” dalam KBBI, 326.
12 Henk Ten Napel, “faith” dalam Kamus Teologi Inggris Indonesia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006), 135.
[3] Peter Wongso, Dasar Iman Kepercayaan Kristen, (Malang : Departemen Literatur SAAT, 1999), 46.
[4] Morris, Teologi Perjanjian Baru, 110.
[5] Ibid, 110.
[6] Ibid, 381.
[7] Ibid, 277.

Studi Kata 2 Timotius 3:16


Studi Kata “Diilhamkan”
Kata “diilhamkan” berasal dari kata “ilham” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya ialah petunjuk Tuhan yang timbul di hati, pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati, bisikan hati, sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta (mengarang syair, lagu, dan sebagainya).[1] Kata Yunani yang dipakai untuk kata “diilhamkan” ialah yeopneustov theopneustos” yang diterjemahkan dengan diilhamkan Allah. Secara harfiah berarti “dihembuskan” Allah. Allah menghembuskan Roh-Nya ke dalam penulis pada saat penulisan kitab suci tersebut. [2] Kata tersebut merupakan kata sifat yang berjenis nominatif feminim tunggal. Akar kata dari kata tersebut ialah θεός theos artinya Allah dan πνέω pneó artinya nafas atau dihembusi.[3] Dalam Perjanjian Baru kata tersebut hanya muncul satu kali atau hanya terdapat dalam 2 Timotius 3:16. Dalam bahasa  Inggris ditulis “inspired by God” sedangkan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “diilhamkan Allah.”
Kata “diilhamkan” mengandung pengertian bahwa Kitab Suci diberikan melalui ilham ilahi. Pengertian dan karya para penulis dipengaruhi secara ilahi. Roh Kudus memenuhi hati orang-orang itu dengan suatu pesan dan memimpin mereka untuk menulis pesan itu bagi dunia. Inilah arti ilham dalam ayat tersebut. Para penulis yang diilhami adalah orang-orang kudus, nabi-nabi, pemberita-pemberita injil dan pemimpin-pemimpin rohani yang hidup dekat dengan Allah dan memiliki komunikasi terus menerus dengan Dia dalam doa dan renungan, dan yang hati dan hidupnya ditahbiskan demikian, dilimpahi kuasa untuk menyampaikan Firman-Nya kepada manusia, kadang dalam satu bentuk tertentu, kadang dalam bentuk lainnya. Mereka adalah saluran-saluran terpilih dari komunikasi ilahi, yang menafsirkan maksud-maksud Allah dengan bahasa yang berwibawa, yang bisa dipahami oleh orang-orang yang dimaksudkan.
Kitab-kitab suci dalam Alkitab ditulis oleh ilham Allah dan Roh Kudus (II Tim. 3:16; Kis. 1:16; Ibr. 3:7; II Ptr. 1:21). Kristus menguatkan tulisan-tulisan itu dengan ajaran-ajaran dari situ dan mengajak orang melakukan ajaran-ajaran tersebut (Mat. .4:4; Mrk. 12:10; Yoh. 7:43; Luk. 24:27). Tulisan-tulisan itu disebut "firman" (Yak. 1:21-23), "firman Allah" (Luk. 11:28), "perkataan Kristus" (Kol. 3:16), "firman kebenaran" (1:18), "kitab suci" (Rm. 1:2), "Kitab Kebenaran" (Dan. 10:21), "gulungan kitab" (Mzm. 40:8), "Kitab Taurat" (Neh. 8:3), "Taurat TUHAN" (Mzm. 1:3), "pedang Roh" (Ef. 6:17), "perkataan-perkataan Allah" (Rm. 3:2, BIS).
Tulisan-tulisan itu berisi janji-janji Injil (Rm. 1:2), menyatakan peraturan-peraturan Allah (Ul. 4:5), ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum Allah, mencatat nubuat-nubuat ilahi dan kesaksian tentang Kristus (Rm. 1:2; Ul. 4:5, 14; II Ptr. 1:19, 21; Yoh. 5:39; I Kor. 15:3).
Tulisan-tulisan itu penuh petunjuk yang memadai, tepat dan mampu membuat orang menjadi bijaksana, membawa seseorang pada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus (Luk. 16:29, 31; Ams. 6:23; II Tim. 3:15). Janji-janji atau firman itu murni dan benar (Mzm. 12:7; 119:160), sempurna (Mzm. 19:8), sangat berharga (Mzm. 19:11), hidup atau nyata dan kuat (Ibr. 4:12). Firman Tuhan dimaksudkan untuk membawa kelahiran baru (Yak. 1:18), menghidupkan (Mzm. 119:50, 93), memberi terang (Mzm. 119:130), menyegarkan jiwa (Mzm. 19:8), menguduskan (Yoh. 17:17; Ef. 5:26). Firman Tuhan menimbulkan iman (Yoh. 20:31), harapan (Mzm. 119:49; Rm. 15:4), menimbulkan ketaatan, memberi hikmat kepada orang tak berpengalaman (Ul. 17:19, 20), membersihkan hati dan mempertobatkan jiwa (Yoh. 15:3). Tulisan-tulisan itu harus menjadi pedoman atau standar pengajaran (I Ptr. 4:11), harus dipercayai (Yoh. 2:22), merupakan ajakan atau teguran (I Kor. 1:31), harus dibaca dan dikenal (II Tim. 3:15), harus dibacakan kepada orang banyak di hadapan umum (Ul. 17:19), harus diterima dengan lemah lembut sebagai Firman Allah dan ditaruh di dalam hati untuk ditaati (I Tes. 2:13; Yak. 1:21; Ul. 6:6).


Studi Kata “Mengajar”
Kata dasar dari kata “mengajar” adalah kata “ajar.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan kata “ajar” adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).[4] Sedangkan yang dimaksud dengan kata “mengajar” ialah memberi pelajaran, melatih.[5] Kata benda Yunani yang dipakai ialah didaskalia didaskalia.” Kata benda tersebut berjenis akusatif feminim tunggal. Kata ini berasal dari kata διδάσκω yang artinya mengajar atau peringatan.[6] Kata ini muncul dua puluh satu kali dalam Perjanjian Baru yaitu : ajaran 10 kali, ajaran-ajaran 1 kali, ajaranku 1 kali, ajaranmu 1 kali, mengajar 4 kali, menurut ajaran 1 kali, pelajaran 1 kali, pengajaran 1 kali, pengajaranmu 1 kali.
Mengajar yang dimaksud dalam 2 Timotius 3:16 ialah mengajar tentang keselamatan yang dari Kristus. Dalam Perjanjian Baru dijelaskan gambaran tentang Yesus, tentang apa yang telah terjadi dalam hidup-Nya dan hal-hal yang telah diajarkan-Nya. Contoh ayat Alkitab dalam Perjanjian Baru yang menjelaskan bagaimana Kristus mengajar yaitu dalam Matius 4:23 “Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.” juga dalam Matius 7:29  “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”
Dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri berbicara kepada Musa supaya mereka mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereka “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” (Ul. 6:6-9).
Umat Israel diperintahkan untuk mengajarkan firman Allah dengan rajin kepada anak-anak mereka. istilah “dengan rajin” dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja yang berarti “mempertajam.” Dalam contoh ini terkandung makna menembus secara dalam. Firman Tuhan tidak boleh diremehkan, melainkan harus menembus dan mempengaruhi seluruh bidang kehidupan manusia. Alkitab merupakan disiplin ilmu yang multigenerasi dan intergenerasi. Hal ini lebih dari sekedar tradisi kuno umat Israel mula-mula.[7]


Studi Kata “Menyatakan Kesalahan”
Kata dasar dari kata “kesalahan” adalah kata “salah.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan kata “salah” adalah tidak benar, tidak betul, keliru, khilaf, menyimpang dari yang seharusnya, luput, tidak mengenai sasaran, gagal, cela, cacat, kekeliruan. [8] Sedangkan yang dimaksud dengan kata “kesalahan” ialah perihal salah, kekeliruan, kealpaan.[9] Kata dasar dari kata “menyatakan” adalah kata “nyata.” Arti kata “nyata” ialah terang (kelihatan, kedengaran, dsb), jelas sekali, kentara, benar-benar ada, ada buktinya, terbukti.[10] Kata “menyatakan” berarti menerangkan, menjadikan nyata, menjelaskan, menunjukkan, memperlihatkan, menandakan, mengatakan, mengemukakan (pikiran, isi hati), melahirkan (isi hati, perasaan, dsb.), mempermaklumkan, membuktikan. [11] Jadi yang dimaksud dengan kata “menyatakan kesalahan” ialah menjelaskan dan menunjukkan ketidakbenaran atau memperlihatkan atau membuktikan segala sesuatu yang menyimpang.  Kata Yunani yang dipakai dalam kata “menyatakan kesalahan” ialah elegcovelegchos” kata tersebut berbentuk kata benda berbentuk akusatif maskulin tunggal. Kata tersebut berasal dari kata λέγχω yang berarti teguran atau disiplin.[12] Kata tersebut muncul dua kali dalam Perjanjian Baru yaitu : “bukti” muncul satu kali dan “menyatakan kesalahan”  muncul satu kali.
Kesalahan yang dimaksud yaitu menyatakan dosa dan menolak ajaran sesat. Dosa mempunyai banyak segi. Paulus menggunakan macam-macam istilah untuk menjelaskan hal tersebut. Kata utama untuk dosa adalah hamartia “meleset dari sasaran” yang dipakai 64 kali oleh Paulus. Paulus sering memakai kata itu dalam bentuk tunggalnya. Dosa bukan hanya sekedar kejahatan yang dilakukan, melainkan suatu kekuatan yang membelnggu seseorang. Paulus memandang semua orang sebagai yang “terjual di bawah kuasa dosa (Rom 7:14). Sebagaimana seorang budak dijual kepada seorang majikan, demikianlah semua orang masuk dalam kuasa dosa. Dosa pun bersifat universal baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi (Rom. 3:23), dan pada hakikatnya semua orang harus dimurkai.[13]


Studi Kata “Memperbaiki Kelakuan”
Kata dasar dari kata “kelakuan” adalah kata “laku.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan kata “laku” adalah perbuatan, gerak-gerik, tindakan, cara menjalankan atau berbuat.[14] Sedangkan yang dimaksud dengan kata “kelakuan” ialah perbuatan, tingkah laku, perangai, perihal, keadaan.[15] Kata dasar dari kata “memperbaiki” adalah kata “baik.” Arti kata “baik” ialah elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb.), menguntungkan, berguna, manjur, tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dsb.), jujur, sembuh, pulih, selayaknya, sepatutnya.[16] Kata “memperbaiki” berarti membetulkan (kesalahan, kerusakan, dsb.), menjadikan lebih baik (bagus, rapi, dsb).[17] Jadi yang dimaksud dengan kata “memperbaiki kelakuan” ialah membetulkan tingkah laku dan perbuatan yang salah.
Kata Yunani yang dipakai dalam kata “memperbaiki kelakuan” ialah epanorywsiv atau epanorthosis yang berarti perbaikan dalam bidang kelakuan. Kata ini benda ini berbentuk akusatif  feminim tunggal. Kata tersebut berasal dari kata νορθόω atau anorthoó yang berarti membuat lurus atau memulihkan. Kata anorthoó sendir berasal dari kata depan νά yang berarti kembali, oleh, melalui dan ρθός yang artinya lurus atau tegak.[18] Kata tersebut hanya muncul satu kali dalam Perjanjian Baru, yaitu hanya terdapat dalam ayat ini.
Yang dimaksud dengan kata “memperbaiki kelakuan” ialah memperbaiki apa yang salah pada tingkah laku manusia dengan kebenaran yang terdapat dalam Kitab Suci. Semua teori, teologi dan etika harus diuji dengan Alkitab. Bila ternyata bertentangan dengan pengajaran Alkitab, semua itu harus ditolak. Semua pengajaran harus diuji dan harus sejalan dengan pengajaran Yesus Kristus seperti dinyatakan dalam kitab suci.


Studi Kata “Mendidik Orang Dalam Kebenaran”
Kata “kebenaran” berasal dari kata dasar “benar” di dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya ialah sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah, tidak berat sebelah, adil, dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak bohong, sah.[19] Kata kebenaran sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada, kelurusan hati, kejujuran.[20] Sedangkan arti kata mendidik ialah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.[21] Mendidik orang dalam kebenaran dapat diartikan dengan memelihara atau memuridkan seseorang dalam hal yang sungguh-sungguh benar adanya. Sumber kebenaran ialah Alkitab.
Kata Yunani yang dipakai dalam kata “mendidik orang dalam kebenaran” ialah paideia en dikaiosunh atau paideia en dikaiosune. Akar kata dari kata paideia adalah παῖς atau pais yang berarti anak. Kata paideia merupakan kata benda akusatif feminim tungal yang berarti disiplin atau didikan.[22] Kata serupa dalam Perjanjian Baru muncul enam kali yaitu : didikan 1 kali, didiklah 1 kali, ganjaran 3 kali dan mendidik 1 kali. Kata dikaiosune merupakan kata benda datif feminim tunggal yang berarti kebenaran atau pembenaran.[23] Kata serupa dalam Perjanjian Baru muncul Sembilan puluh dua kali yaitu : Kebenaran 1 kali, baik 1 kali, dengan adil 2 kali, dibenarkan 2 kali, dibenarkan Allah 1 kali, hidup keagamaanmu 1 kali, keadilan 7 kali, keadilan-Nya 2 kali, benar 59 kali, kebenaran Allah 2 kali, kebenaran-Nya 1 kali, kebenaranmu 1 kali, kebenarannya 1 kali, kehendak Allah 1 kali, kewajiban agamamu 1 kali, membenarkan 1 kali, pembenaran 1 kali, soal kebenaran 1 kali.
Yang dimaksud dengan mendidik orang dalam kebenaran ialah mendidik seseorang supaya ia berjalan di atas jalan yang benar sesuai kehendak Allah. Manfaat dari mempelajari Kitab Suci dapat mendidik orang dalam kebenaran sehingga orang tersebut diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. mempelajari kitab suci bukanlah untuk diri sendiri, bukan hanya untuk kebaikan hati sendiri. Pertobatan yang membuat orang hanya berpikir untuk dirinya sendiri bahwa ia telah diselamatkan, bukanlah pertobatan yang benar. Orang tersebut harus mempelajari Kitab Suci agar dirinya berguna bagi Allah dan sesama manusia. Tidak seorangpun diselamatkan, kecuali agar dia menjadi suluh untuk menyelamatkan sesamanya.


[1] Depdiknas, ilham” dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Selanjutnya disingkat KBBI), (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), 370.
[2] Budiman, Surat-surat Pastoral I & II Timotius dan Titus,108.
[3] Haroul K. Moulton, “yeopneustov” dalam Lesikon Analitis Bahasa Yunani Yang Direvisi, Pen. Robert Leland dan Stanley Pouw, (Jogjakarta : Randa’s Family Press, 2009), 370.
[4] Depdiknas, ajar” dalam KBBI, 14.
[5] Depdiknas, mengajar” dalam KBBI, 15.
[6] Moulton, “didaskalia” dalam Lesikon Analitis Bahasa Yunani Yang Direvisi, 90.
[7] Warren S. Benson dan Mark H. Senter III, Pedoman Lengkap Untuk Pelayanan Kaum Muda 2, Pent. Henry Lantang, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1999), 312.
[8] Depdiknas, salah” dalam KBBI, 865.
[9] Depdiknas, kesalahan” dalam KBBI, 865.
[10] Depdiknas, nyata” dalam KBBI, 696.
[11] Depdiknas, menyatakan” dalam KBBI, 696.
[12] Moulton, “elegcov” dalam Lesikon Analitis Bahasa Yunani Yang Direvisi, 120.
[13] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, Pent. Pidyarto O. Carm, (Malang : Gandum Mas, 2006), 74.
[14] Depdiknas, laku” dalam KBBI, 554.
[15] Depdiknas, kelakuan” dalam KBBI, 555.
[16] Depdiknas, baik” dalam KBBI, 78.
[17] Depdiknas, memperbaiki” dalam KBBI, 79.
[18] Moulton, “epanorywsiv” dalam Lesikon Analitis Bahasa Yunani Yang Direvisi, 139.
[19] Depdiknas, benar” dalam KBBI, 114.
[20] Depdiknas, kebenaran” dalam KBBI, 114.
[21] Depdiknas, mendidik” dalam KBBI, 232.
[22] Moulton, “paideia” dalam Lesikon Analitis Bahasa Yunani Yang Direvisi, 276.
[23] Moulton, “dikaiosunh” dalam Lesikon Analitis Bahasa Yunani Yang Direvisi, 94.