Kamis, 10 Maret 2011

DISIPLIN ANAK

DISIPLIN ANAK
PENGERTIAN
Menurut DR. Yakub Susabda (Pembinaan Keluarga Kristen)
* Merupakan tindakan dan prilaku dengan cara yang hati-hati dan penuh kasih
* Kata “disiplin” tidak berarti hukuman
* Artinya pengajaran atau instruksi
* Orang dewasa yg bereaksi atas prilaku yg salah dengan menunjukkan kemarahan dan keputusasaan mungkin anak berhasil berhenti melakukan tindakan yang tidak diinginkan, tapi hanya untuk sementara waktu
* Sebaliknya orang dewasa yg menanggapinya dg penuh kesabaran & berpendirian teguh menuntun anak u/ mengoreksi prilaku yg salah
* Merupakan tindakan dan prilaku dengan cara yang hati-hati dan penuh kasih
* Metode yang keras dan tidak konsisten, bahkan dengan maksud yang baik sekalipun, hanya menimbulkan keputusasaan
* Disiplin yang berat adalah tegas dan tetapi penuh kesabaran
* Allah sering diperkenalkan ke dalam disiplin anak kecil sebagai suatu ancaman. Contoh: Allah tidak senang dengan kenakalanmu.
* Disiplin ini mengurangi penghargaan anak terhadap orang tua dan Allah
* Hanya orang tua yang benar-benar mengasihi anak-anaknya yg akan mendisiplin
Saran:
1. Orang tua harus menawarkan petunjuk yang masuk akal dan logis, maka:
a. Anak akan mengembangkan kemampuan untuk membuatpilihan-pilihan yang bijaksana
b. Pandangan anak akan orang dewasa sebagai penolong semakin dimantapkan

A. Kegagalan membedakan antara “discipline”/disiplin dengan “punishment” / hukuman
1. Anak adalah manusia yg berdosa, yg dilahirkan dari dosa (Maz 51:5; Ams 22:15; Rm 3:23
Perbedaan dasar antara disiplin dengan hukuman Menurut Bruce Narramore dlm buku “Help I’m a Parent (Zondervan, 1972):
Hal Disiplin Hukuman
1. Tujuan -Memenuhi panggilan Allah -Memuaskan rangsangan instink
-Mendidik anak u/hidup -Memaksa anak menuruti apa yg dikehendaki
dalam kebenaran orang tua
2. Fokus -Masa depan anak -masa lampau anak
-Supaya anak mengena -penilaian atas apa yg telah dilakukan anak
3. Sikap -Lebih & penuh penger tian thd kelemahan anak -Marah, frustasi & membenahi dg paksa hal-hal yg tidak disetujui
-Orang tua rela jadi model

Hal Disiplin Hukuman
- orang tua
Hasil -Rasa aman, rasa dimengerti - Ketakutan, kemarahan perasaan bersalah
,-Pertumbuhan dlm kebenaran - Membenci orang tua atau diri sendiri

-Hal ini mudah dipahami orang tua Kristen tetapi untuk menanggalkan pendidikan dengan punishment/hukuman tidak mudah dilaksanakan
-Setiap anak yg normal terus tumbuh dan mengalami perubahan
-Anak yg pikirannya semakin berkembang dg sendirinya makin kritis dlm penilaian pada sikap dan tingkah laku orang tua
-Bila hal ini tidak mendapat tempat dalam keluarga maka terjadilah konflik orang tua dengan anak
-Akibatnya anak dianggap kurang ajar karena mengungkap perasaan dan pikiranya yg berbeda dg orang tuanya
- Power strugglepower struggle/pergumulan menentukan sikap siapa yg kuat ini sebagai bagian dari natur/alami yg sehat
- Sejak lahir anak sudah dipengaruhi oleh Power struggle/pergumulan yang macam-macam
- Contoh: bayi yg menangis, orang tua tidak tega hingga menangis, ibunya tidak tega sehingga cepat digendong
- Akibatnya anak menangis sebagai senjata
- Siapa yg menang dalam power struggle? Ibu atau anak? disinilah letak kunci pengembangan diri “disiplin”
- Orang tua yg bijaksana akan mengembangkan disiplin sejak anak-anak masih kecil
-Mereka akan belajar mengontrol emosinya, dan menentukan sikap berdasar kebenaran Firman Tuhan
- Anak yang merasakan kasih sayang sejati orang tua tidak akan memberontak saat mendapat pukulan rotan karena kesalahannya
- Anak akan semakin percaya pada orang tuanya & merasa lebih aman serta dekat dg mereka.

A. Kurangnya pengenalan akan “parenting style/gaya pendidikan orang tua yg ada pada dirinya sendiri
1. Banyak orang tua yg tidak menyadari kalau mereka sudah belajar gaya mendidik anak dari orang tua masing-masing
2. Akibatnya orang tua tidak dapat melaksanakan kebenaran yg mereka yakini
3. Gaya mendidik dengan hukuman yg pada dasarnya tidak disetujui, justru terus menerus dilakukan karena cocok dg gaya dan pola kepribadian yg sudah terbentuk dalam diri sendiri
4. Akibatnya orang tua menimbun “perasaan bersalah” yang makin lama maka besar, tanpa dapat menyelesaikannya sehingga dari keluarga-keluarga Kristenpun muncul anak-anak jahat

High control (kadar otoritas tinggi)
I otoritarian I bijaksana
Low relationship -------- High relationship
(kadar hubungan (kadar hubungan
pribadi rendah) pribadi tinggi)
Permisif I Memanjakan
Low control
(kadar otoritas rendah)

Gap/jurang pemisah antara orang tua dengan anak terjadi karena gaya pendidikan anak yang:
1. Otoritarian
gaya mendidik anak di mana hubungan antara orang tua dengan anak diwarnai “kadar
otoritas tinggi” tetap dengan kadar hubungan pribadi yg rendah.
a. Orang tua bertindak seperti polisi atau hakim terhadap anak-anak mereka
b. Kadang orang tua berkata:”di rumah ini ada aturannya, jika kamu tidak mau menurut aturannya ya silahkan pergi dari rumah ini
c. Hukuman dijatuhkan karena mereka tidak mematuhi peraturan yg berlaku di rumah
2. Permisif:
a. Gaya mendidik di mana hubungan orang tua dan anak diwarnai dengan kadar otoritas yang rendah di tengah hubungan yang rendah pula
b. Dilakukan orang tua yang sibuk yang menutupi perasaan bersalah dengan sikap yang lembek pada anak-anak
c. Mereka tidak mempunyai alasan untuk marah/mendisiplin anak yang berbuat salah karena orang tua itu sendiri kurang bertanggung jawab
d. Hadiah ekstra diberikan anak-anak untuk menyingkirkan mereka dari tanggung jawabnya
3. Memanjakan:
a. Gaya mendidik anak yang sama sekali tidak sehat
b. Kadar hubungan pribadi yang tinggi diserta kadar otoritas yang rendah, sehingga menghasilkan gap yg sulit terjembatani antara orang tua dengan anak
c. Anak tidak dapat bertumbuh sebagai pribadi karena anak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat posip dan baik yang ada pada dirinya
Menurut Wayne Mack dalam buku Bagaimana Mengembangkan Kesatuan Yang Kukuh dalam Hubungan Perkawinan tentang strategi Allah untuk mendidik anak-anak terkandung dalam kata-kata “didiklah mereka dalam ajaran dan nasehat Tuhan”
- Apabila peraturan dilanggar, lakukan penghajaran yang diperlukan:
1. Jika anak-anak masih muda, cara menghajar yang paling utama (walau bukan satu-satunya cara) adalah
a. Tongkat dalam arti harfiah (Ams 13:24; 22:15; 23:13-14; 29:15)
b. Tongkat adalah alat disipli yang tidak kejam, karena digunakan dengan cepat, pelukan dan ciuman dapat segera menyusul sehingga dengan segera hubungan dapat kembali normal
2. Ada bentuk disiplin yang sah:
a. Sesuai dengan sesuatu pelanggaran yang menjadi prosedur yang paling bijaksana.
b. Allah tidak selalu memukul kita dengan cara yang sama.
c. Ia menyesuaikan penghajaran sesuai keperluan kita
3. Penghajaran harus dilakukan bersama-sama dengan ajaran (Ams 29:15)
4. Penghajaran harus diberikan sebagai keputusan bersama.
a. Anak tahu bahwa ayah dan ibunya sependapat
b. Jika anak mendapat kesan yang satu ”lembut” dan lainnya “keras” akibatnya menjadi bencana
5. Disiplin harus diberikan secara konsisten
a. Orang tua tidak boleh menghukum anak karena sesuatu kesalahan pada satu waktu, kemudian melakukan kesalahan yang sama pada waktu yang lain
b. Disiplin tidak akan mendapatkan perbaikan dan pertumbuhan bila tidak konsisten
c. Bila kesalahan sama yang selalu dibuat, orang tua harus menyadari bahwa ukuran disiplin itu salah/kurang tepat
6. Menghajar itu harus dilakukan secukupnya:
a. Agar sianak jera dan tidak mengulangi lagi ketidakpatuhannya
b. Disiplin harus cukup keras untuk diingat, tetapi jangan terlalu keras sehingga anak-anak dirusak (Ams 23:13-14)
7. Disiplin harus dilakukan dengan penuh kasih (Ams 13:24; I Kor 16:14; Why 3:19)
a. Kasih dan “amarah” tidak perlu berlawanan (Ef 4:26;32)
b. Amarah yang tidak dapat dikuasai adalah dosa (Ef 4:31-32)
c. Kasih sangat berlawanan dosa (Ef 4:31-32; I Kor 13:4)
d. Amarah yang dapat dikuasai tidak menimbulkan dosa
e. Kasih sejati dapat tinggal di dalam hati yang sama,waktu yang sama, dan diamarahkan pada orang yang sama
f. Kita memarahi anak-anak jika mereka membangkang
g. Pada waktu bersamaan, orang tua:
*. Tidak boleh mengungkapkan amarah kita dalam cara-cara yang bersifat dosa (berteriak, menjerit, maki-maki, menyakitkan, dsb)
*. Disiplin dengan kasih untuk kebaikan anak kita
KESIMPULAN:
1. Seorang anak yang dibiarkan akan mempermalukan ibunya
2. Anak yang dibiarkan tanpa disiplin tidak akan dengan sendirinya bertumbuh seperti Yesus Kristus
3. Agar serupa dengan Yesus maka anak-anak perlu disiplin Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar