Senin, 07 Maret 2011

Pendidikan Agama Kristen Remaja

Pendidikan Agama Kristen Remaja
Pendidikan Agama Kristen Remaja adalah Pendidikan yang berupaya menolong para remaja untuk hidup dalam terang Injil, menemukan kepribadian yang tepat, dan menerima tanggung jawab bagi makna dan nilai yang menjadi jelas bagi mereka ketika mereka mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan tujuan dan misi gereja dalam dunia.[12] Para remaja dibentuk dalam paguyuban Kristen sehingga mereka dapat mendengar Injil dan mengalami maknanya, menyadari kasih Allah hidup mereka, dan meresponnya dalam iman dan kasih.
Pendidikan Agama Kristen untuk remaja merupakan pendidikan yang menyadarkan setiap remaja akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Pendidikan ini bertujuan untuk menjadikan remaja bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan tetap pada pengharapan Kristen. Kaum remaja harus mengenal Yesus Kristus dan jika sudah mengenal Dia, harus rela memutuskan segala ikatan lain untuk mengikut dan melayani Yesus. Jika remaja mau dipakai oleh Tuhan bagi pekerjaan-Nya, maka justru merekalah yang dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk membangun kerajaan-Nya di antara umat manusia.[13]

Pendidikan Agama Kristen Remaja di Gereja Lokal
Setiap gereja harus berusaha menerapkan Amanat Agung Tuhan Yesus yang berisi penginjilan, baptisan dan pengajaran (Mat. 28:18-20) melalui program remaja di gerejanya. Fungsi dan bentuk program pengajaran remaja mencerminkan apa yang dilakukan gereja lokal. Apa pun program gereja yang direncanakan dan diterapkan harus diarahkan pada sasaran yang tepat karena gereja merupakan tubuh Kristus. Tujuannya adalah supaya para remaja memaknai Amanat Agung.
Tugas gereja lokal adalah menggerakkan remaja untuk menginjil atau membawa jiwa-jiwa kepada Kristus Yesus dan mengajar sesuai perintah dan pengajaran dalam firman-Nya. Secara tidak langsung, Amanat Agung bagi gereja lokal melatih dan memperlengkapi remaja supaya dapat menginjil dan menumbuhkan iman sehingga menjadi dewasa. Bagaimana mereka dapat pergi untuk memuridkan jika tidak diperlengkapi dengan berbagai cara untuk melakukannya? Bandingkan dengan Efesus 4:12-13.[14]
Setiap remaja harus diterima dengan baik dalam gereja lokal, kemudian mereka diajar tentang keselamatan, pertumbuhan iman Kristen dan pelayanan. Mereka harus diajar kebenaran Alkitab supaya terus berjalan dan bertumbuh di dalam Kristus. Mereka harus dilatih untuk membagikan imannya dan saling menumbuhkan iman melalui pelayanan dan perbuatan.
Dalam mengembangkan program, gereja lokal harus melibatkan dan melayani setiap pribadi secara utuh. Sisi intelektual, sikap, perasaan, kehendak dan kapasitas yang berhubungan dengan Allah dan sesama harus mencakup lima hal utama yaitu pengajaran, penyembahan atau ibadah, persekutuan, pelayanan dan penginjilan. Kelima hal itu dilakukan gereja mula-mula sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Tercatat bahwa petobat baru bertekun dalam pengajaran para rasul (pengajaran), bertekun pada persekutuan yaitu memecah roti dan berdoa (persekutuan), dilanjutkan di dalam bait Allah yaitu menyembah Allah (penyembahan) dan membagi-bagikan apa yang mereka miliki kepada yang lain sesuai kebutuhan (pemberian). Kemudian mereka disukai oleh semua orang yang ada di kota itu dan Allah menambahkan jumlah orang hari lepas hari (penginjilan).[15]

Pendidikan Agama Kristen Remaja Dalam Keluarga
Lembaga masyarakat yang terkecil tapi paling penting ialah keluarga. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga pertama yang diciptakan Allah adalah keluarga Adam dan Hawa (Kej. 1:27-28). Allah menghendaki Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga (Ul. 6:4-9). Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, meliputi tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani. Keluarga juga merupakan pusat pengembangan semua aktifitas.  Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal baik.
Orang tua mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja di dalam keluarga. Tuhan Yesus menunjukkan perhatian mengenai peran orang tua di rumah “jika kamu yang jahat tahu bagaimana memberikan kepada anak-anakmu apa yang baik, terlebih lagi, Bapamu yang di surga” (Mat. 7:11). Orang tua berperan memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, mendidik, memberi perlindungan dan perhatian kepada anak remajanya
Orang tua perlu memberi peraturan untuk kehidupan anak remajanya dengan hikmat dan perlu dikomunikasikan dengan kasih. Menanamkan disiplin pada anak remaja merupakan suatu proses mengajar bagi orang tua dan suatu proses belajar bagi anak remaja. Kata disiplin mempunyai arti bukan saja membentuk perilaku dan sikap remaja tetapi juga memberikan kepadanya suatu ukuran dalam pengendalian diri dan kemampuan untuk menunda kepuasan.[16]
Untuk menjadi efektif displin itu harus memenuhi tiga syarat. Yang pertama, displin itu harus menghasilkan dan menimbulkan suatu keinginan perubahan atau pertumbuhan pada anak. Yang kedua, dalam menerapkan disiplin harus tetap menjaga harga diri anak. Yang ketiga dalam menerapkan disiplin harus tetap memelihara suatu hubungan yang erat antara orang tua dengan anaknya.[17]
Remaja memerlukan cinta dan kasih sayang dari orang tua. Cinta dan kasih perlu diungkapkan dan didemonstrasikan. Bagi beberapa orang tua pengungkapan kasih sayang kepada anaknya tidak begitu mudah. Banyak orang tua menemukan kesulitan untuk mengungkapkan atau menunjukkan kasihnya secara emosional. Orang tua perlu memahami perasaan anak remajanya. Kadang-kadang mereka mengalami luka hati, marah, merasa kesepian atau sedih. Orang tua juga perlu menyadari dan mengakui kesalahan di hadapan anak remajanya. Pengakuan itu tidak akan mengurangi cinta dan hormat anak remajanya, justru pengakuan itu akan mendorong anak remajanya menjadi lebih dekat dan lebih berani berkomunikasi dengan orang tuanya.

Peranan Pendidikan Agama Kristen Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja        
Remaja sering dipengaruhi oleh suasana orang-orang di sekelilingnya. Mereka bukan hanya dipengaruhi suasana rumah tangganya, mereka juga dipengaruhi oleh zaman, masyarakat umum, tempat mereka hidup dan bertumbuh. Mereka sering kurang puas dengan keadaan masyarakat yang ditinggalkan kepada mereka oleh generasi tua dan mengkritik segala yang kolot. Oleh karena remaja sedang meninggalkan masa kanak-kanak dan beralih kepada masa kedewasaan, sehingga rasa antusiasme mereka begitu menggebu. Mereka ingin mencoba segala pilihan dan kemungkinan yang diperhadapkan kepada mereka. banyak remaja sulit mengendalikan diri atau memilih mana yang baik, sehingga banyak terjadinya kenakalan remaja.[18]
Dalam menghadapi masalah kenakalan remaja, yang terpenting ialah hubungan kreatif dengan Allah dalam Yesus. Roh Kudus hidup di dalam setiap orang yang percaya (Rm. 8:9-11) dan peran serta Roh Kudus merupakan sumber kemampuan yang tidak terbatas. Di antara segala hal yang yang dikerjakan Roh itu. Yang luar biasa adalah pembaruan sifat dan sikap seseorang. Buah karya Roh Kudus itu tidak lain adalah pembaruan watak menuju kesehatan mental. Sifat-sifat baru itu tidak melahirkan masalah tetapi menyelesaikannya.[19] Remaja perlu belajar untuk memiliki sebuah hati yang bertobat, bangkit berdiri dan menjauhkan diri dari dosa. Biarkan darah Kristus menguduskan mereka (1 Yoh. 1:5-9), berkarya bersama Allah untuk menghindari dosa yang sama dan terus berusaha untuk hidup kudus di hadapan-Nya.
Paulus amat memperhatikan perbuatan dan tingkah laku. Ia berkata kepada orang-orang di Korintus demikian : “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor. 3:16). Paulus menulis kepada umat Tuhan di Korintus dengan berkata “tidak tahukah kamu” yang mempunyai pengertian bahwa mereka sesungguhnya sudah harus tahu bahwa tubuh mereka adalah bait Allah yang hidup di mana Roh Kudus diam di dalam mereka.
Rasul Paulus membandingkan sifat orang duniawi dan rohani dalam surat Galatia pasal lima yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora. Daftar tersebut tidak berbeda jauh dengan sifat-sifat yang dibahas dalam surat Roma pasal satu. Dalam pasal itu Paulus memperkenalkan sebuah hukum sebab akibat, yaitu bahwa penindasan kebenaran dapat merusak relasi seseorang dengan yang lainnya (Rom. 1:18-21, 32).
Sebagai kontras, surat Galatia 5:22-23 mengutarakan sifat-sifat yang dapat diharapkan kalau seseorang diinjili dan dibina untuk hidup beriman. Sifat-sifat itu merupakan hasil atau buah dari karya Roh Kudus dalam batinnya. Daftar ini terdiri dari sifat-sifat terpuji yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri.
Ray Mossholder dalam bukunya Cara Mendidik Anak di Tengah Lingkungan Yang Makin Sekular, menjelaskan beberapa ajaran dasar untuk remaja.
Yang pertama ajar remaja untuk mempercayai Alkitab (Yoh. 8:31-32). Allah tidak pernah berbohong, karena untuk selama-lamanya firman Tuhan tetap teguh (Mzm. 119:89). Mereka dapat mempercayai firman Tuhan, karena firman Tuhan tidak pernah berubah. Yang kedua adalah ajar mereka tentang baptisan air (Rm. 6:4-6). Tuntutan Allah kepada setiap orang Kristen baru adalah baptisan air. Yang ketiga ajar mereka untuk melayani Tuhan (Ef. 2:8-10). Sebagai orang tua, adalah hal yang menggetarkan ketika melihat anak remajanya bersukacita melayani Kristus. Yang keempat adalah ajar mereka tentang kuasa doa. Kristus pun menjadi teladan bagi semua orang bahwa di dalam doa ada kuasa yang berasal dari Allah.[20]

Pendidikan Agama Kristen berperan membentuk remaja yang memuliakan Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Dengan Pendidikan Agama Kristen yang berlandaskan iman kepada Kristus, para remaja dapat melihat terang dan iman kepada Yesus sebagai Allah yang benar. Pendidikan Agama Kristen tidak harus menjadi pendidikan yang ekslusif di tengah dunia remaja, tapi mengakar di setiap segi kehidupan para remaja.


[12] Robert L. Browning, The Church's Youth Ministry, (New York: Abingdon Press, 1966), 181.
[13] Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), 147.
[14] Warren S. Benson dan Mark H. Senter III, Pedoman Lengkap Untuk Pelayanan Kaum Muda 2, Pent. Henry Lantang, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1999), 46.
[15] Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, 127.
[16] James Dobson, Mendidik Putra Anda, Pent. Tammy Tiarawati Rusli, (Jakarta : Immanuel, 2003), 302.
[17] Charles Schaefer, Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif, Pent. Turman Sirait, (Jakarta : Restu Agung, 2000), 13.
[18] Benson dan Mark H. Senter III, Pedoman Lengkap Untuk Pelayanan Kaum Muda 2, Pent. Henry Lantang, 391.
[19] Heath, Psikologi Yang Sebenarnya, 131.
[20] Ray Mossholder, Cara Mendidik Anak di Tengah Lingkungan Yang Makin Sekular, Pent. Xavier Quentin Pranata, (Yogyakarta : Andi, 1998), 153.

1 komentar:

  1. Artikelnya menarik, kita memang harus terus memberi pengetahuan kepada remaja spy mereka tdk terjerumus dlm hal-hal yang akan membinasakan mereka.
    kunjungi jg blog ini ya: www.duniaremajadanpemuda.blogspot.com ya...

    BalasHapus