Senin, 07 Maret 2011

Latar Belakang Timotius

Latar Belakang Timotius
Timotius  dalam bahasa Yunaninya ialah Τιμόθεος; Timótheos, artinya "memuliakan Tuhan"). Nama Timotius dalam bahasa Inggris adalah Timothy. Timotius dilahirkan dalam keluarga yang saleh. Lukas menceritakan bahwa Timotius adalah putra dari pernikahan campuran antara Yahudi dan Yunani. Ayahnya adalah seorang Yunani sedangkan ibunya adalah seorang Yahudi (Kis. 16:1). Ibunya, Eunike adalah wanita Yahudi yang percaya Kristus dan menjadi Kristen. Neneknya Lois telah lebih dahulu bertobat, sebab Paulus berbicara tentang iman dari tiga generasi (2 Tim. 1:5). Sang nenek, ibu dan anak bertobat berkat kedatangan Paulus membawa Injil ke Listra. Tapi sebelum mereka bertobat kepada Kristus, ibu dan nenek dari Timotius telah mengajar Perjanjian Lama, sehingga dari kecil ia telah mengenal kitab suci (2 Tim. 3:15). Timotius meninggal sekitar 80 Masehi. Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Timotius bepergian dengan Rasul Paulus, yang juga menjadi mentornya. Dia disebut sebagai penerima dari dua surat-surat Paulus. [1]
Setelah Paulus mengalami kekecewaan karena perpecahannya dengan Barnabas dan Markus (Kis. 15:39), Tuhan mempertemukan Timotius dengan Paulus di Listra (Kis. 16:1-3). Timotius muda dipercaya Paulus untuk ikut dalam pelayanan misinya yang kedua (Kis. 15:36-18:22). Melalui pelayanan inilah, Timotius bertumbuh menjadi murid dan anak rohani Paulus. Timotius adalah pembantu setia Paulus dalam mengajarkan Injil selama lima belas tahun sejak Timotius direkrut di kota kelahirannya di Listra. Ia telah mengikuti Paulus dalam hampir semua perjalanannya yang kedua dan ketiga. Ia telah diutus beberapa kali sebagai utusan dengan tugas-tugas istimewa, misalnya ke Tesalonika dan Korintus (1 Tes. 3:1; 1 Kor. 4:17). Ia menemani Paulus ke Yerusalem (Kis. 20:1-5) dan ia menyertai Paulus pada perjalanan laut menuju Roma yang penuh bahaya.  Timotius berada di Roma selama Paulus dipenjarakan pertama kalinya, sebab rasul Paulus menggabungkan nama Timotius dengan namanya sendiri waktu Paulus menulis surat-surat dari penjara kepada Filemon, orang-orang Filipi dan orang-orang Kolose (Fil. 1:1-2; 2:19-24; Kol 1:1).[2]
Timotius memiliki keprihatinan pada kesejahteraan gereja-gereja dan ia setia dalam melayani Injil bersama Paulus. Paulus menyebut Timotius sebagai anaknya yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan, bukan saja karena kasihnya yang besar kepada Timotius sebagai teman yang telah berhasil dibimbingnya menjadi pengikut Kristus, tapi juga karena kepercayaannya pada Timotius sebagai teman sekerjanya (Rom. 16:21) dan saudara yang bekerja dengan Paulus untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus (1 Tes. 3:2). Paulus menyebut Timotius sebagai satu-satunya orang yang sehati dan sepikir dengan Paulus dan tidak mencari kepentingan Kristus. Paulus bahkan mengatakan “tak ada seorang padaku seperti dia” (Fil. 2:20-22).
Setelah pemenjaraannya yang pertama, Paulus meninggalkan Timotius di Efesus sebagai pemimpin gereja. Timotius diberi tanggung jawab yang luas, yaitu menghadapi orang-orang yang murtad untuk mengacau gereja setempat. Timotius juga bertanggung jawab dalam menata kebaktian gereja, memilih dan meneguhkan penatua-penatua, mengatur bantuan dan pelayanan kepada para janda, memberlakukan dan mengajarkan iman rasuli. Timotius pun menanggung beban yang lebih berat ketika ia tahu bahwa Paulus akan mati martir, maka tanggung jawab memelihara kelanjutan serta keutuhan pengajaran rasul sekarang menjadi tanggungannya.
Secara manusia, Timotius tidak sanggup untuk mengemban tugas-tugas kepemimpinan gereja yang banyak dan berat itu karena Timotius masih muda. Ada beberapa petunjuk yang menjelaskan bahwa Timotius adalah seorang yang masih muda. Paulus dalam suratnya yang pertama menekankan “jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda” (1 Tim 4:12). Dan dalam suratnya yang kedua, kira-kira dua tahun kemudian, ia memperingatkan Timotius “jauhilah nafsu orang muda” (2 Tim. 2:22).
Ketika Timotius dibawa kepada pertobatan oleh Paulus pada perjalanannya yang pertama pada tahun 44, Timotius berusia 15 tahun. Ia kemudian diikutsertakan sebagai pembantu Paulus pada perjalanan kedua (Kis. 16:1-3) pada tahun 52. Jadi ketika Paulus menulis surat 1 Timotius pada tahun 62, pada saat itu Timotius berusia 33 tahun. Pada umur tersebut, orang-orang Yunani menyebut ukuran usianya dengan istilah neos dan orang Romawi menyebutnya dengan istilah juvenis. Kata neos dan juvenis tidak mengandung konotasi kekanak-kanakan. Kata tersebut dipakai untuk orang yang sedang berada pada puncak kekuatannya dan untuk usia wajib militer.[3] Usia tersebut bagi seorang guru agama dan Pembina jemaat pada zaman itu dianggap muda, karena ia harus berhadapan dengan orang-orang yang lebih tua dari dia. Para penatua yang lebih tua umurnya harus ia beri instruksi dan bagi mereka tidak mudah untuk menerima instruksi dari padanya.[4]
Timotius sering jatuh sakit. Dalam suratnya yang pertama kepada dia, rasul Paulus menyinggung penyakit Timotius yang sering kambuh, meskipun tidak ditegaskan apa penyakit itu. Paulus menyarankan kepada Timotius untuk “menambahkan anggur sedikit” (1 Tim 5:23) demi menjaga kesehatan perutnya. Menurut pembawaannya, Timotius adalah seorang pemalu. Seandainya ia hidup di zaman sekarang, ia akan disebut seorang introvert. Kelihatannya ia segan menghadapi suatu tugas yang sukar, sehingga dalam suratnya kepada orang-orang Korintus, Paulus harus meratakan jalan bagi dia dan misinya, “jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut,” dan janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah” (1 Kor. 16:10-11). Beberapa kali dalam surat yang kedua, Paulus mendorong Timotius supaya rela menderita dan jangan takut atau malu, sebab Allah tidak memberi roh ketakutan (2 Tim 1:7-8; 2:1 3; 3:12). Nasihat tersebut diperlukan oleh Timotius. Paulus tidak dapat melupakan air matanya waktu mereka berpisah (2 Tim 1:4).[5]
Timotius yang muda harus memimpin jemaat di sebuah kota besar seperti Efesus dengan berbagai permasalahannya. Di Efesus terdapat kuil besar tempat penyembahan kepada Dewi Diana, dewi seksual pelindung kaum wanita. Dapat dibayangkan dengan jemaat yang berlatar belakang kekafiran ini, berapa besar godaan moral dan penyimpangan agama yang dihadapi jemaat. Belum lagi ajaran-ajaran agama Yahudi yang masuk bercampur aduk dengan kepercayaan mistis seperti percaya pada dongeng-dongeng, silsilah-silsilah, pantangan makan makanan tertentu, dsb.[6] Sama seperti Musa dan Yeremia dan sekian banyak orang sebelum dan sesudah dia, Timotius mempunyai banyak kelemahan, tetapi Timotius terpanggil untuk mengemban tugas-tugas berat dalam gereja Allah. Sesuatu yang besar diletakkan di atas pundaknya.


[1] Ibid, 27.
[2] Stott, II Timotius, 17.
[3] Ibid, 18.
[4] Budiman, Surat-surat Pastoral I & II Timotius dan Titus, 41.
[5] Stott, II Timotius, 19.
[6] Barclay, Surat 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon, 15.

3 komentar: